Kamis, 14 Desember 2017

Inspiring People of The Day

Penggagas Atap Tanpa Sambungan

PT. Utomodeck Metal Works (Utomodeck) nyaris gulung tikar setelah puluhan tahun berdiri. Pemilik sekaligus pendirinya, Darmawan Utomo, memberi titah kepada sang anak, Anthony Utomo untuk menyelamatkan kapal bisnis atap. Bagaimanapun caranya.

Saat bergabung pada 2010 lalu, sang putra mahkota melihat ada yang salah di internal perusahaan. Sudah 40 tahun berdiri, pangsa pasar masih kecil. Padahal, pasarnya besar. Nilai penjualan hanya Rp 25 miliar, lebih rendah dari biaya yang dikeluarkan Rp 28 miliar pertahun. Setelah dievaluasi, ternyata Utomodeck tidak memiliki unique selling. “Produk kami juga tertinggal dari produk genteng lain. Pasar sudah banyak berubah, namun kami tidak bisa beradaptasi,” katanya.

Pria yang kini menjabat Direktur Operasional dan Pemasaran ini memutuskan melakukan inovasi. Yakni kustomisasi atap dan atap sambungan dengan menggarap segmen proyek atau business to business (B2B). Apalagi, tipikal bangunan sekarang adalah luas, lebar, bentuk doom dan tidak ada sambungan. Perusahaan pun beralih dari trader ke solution provider. “Meski pasar saat itu belum terlalu besar, gross margin mencapai 25-30%, dua kali lipat dari pesaing. Untuk kustomisasi atap, kami yang menjadi leader,” katanya.

Hasilnya, cukup sukses mengingat belum ada pemain sejenis di pasaran. Pasarnya dominan adalah industri yakni 80% dan sisanya adalah perumahan. Setelah itu, rata-rata omset perseroan tumbuh dua kali lipat, yang sebagian besar disumbang kustomisasi atap dan atap tanpa sambungan. Adapun market shari sekitar 3.000 ton perbulan atau sekitar 10% dari total pasar.

Kami leading di pasar atap tanpa sambungan sekian puluh meter. Pelanggan yang besar-besar seperti Freeport, Petrokimia Gresik, dan Juanda International Airport T-2. Dengan berbekal 80 mesin, tiap bulan perseroan menggarap sekitar 20 proyek.

Lulusan Bachelor of Arts, Business Administration, Central Washington University, Amerika Serikat ini terus meningkatkan level layanan sebagai bentuk value creation. Ia juga jeli menyiasati inovasi sesuai harga yang ditetapkan pelanggan untuk proyek pemerintah maupun swasta. Pembuatan atap pun bisa dilaksanakan di lokasi proyek.

“Jika penggunaan atap yang potongan, kami yang harus menanggung jika terjadi overlap. Dengan inovasi ini, pasar transportasi sebesar 10-12 persen bisa kami tekan. Secara harga, sepanjang specs bisa diikuti maka dapat harga pun mengikuti,” ujar mantan General Manager PT Balai Lelang Tunjungan sejak 2008 ini.

Pada pertengahan tahun 2015, Utomodeck membuka ritel untuk lebih mendekati konsumen. Perusahaan akan mengirim barang ke franchise kemudian franchise mengirim ke toko-toko ritel tersebut. Wilayah yang dibidik adalah Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara Barat dan Timur. (Reportase: Tiffany Diahnisa http://swa.co.id/swa/business-strategy/anthony-utomo-penggagas-atap-tanpa-sambungan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar