Penggagas Atap Tanpa Sambungan
PT. Utomodeck Metal Works (Utomodeck)
nyaris gulung tikar setelah puluhan tahun berdiri. Pemilik sekaligus
pendirinya, Darmawan Utomo, memberi titah kepada sang anak, Anthony
Utomo untuk menyelamatkan kapal bisnis atap. Bagaimanapun caranya.
Saat bergabung pada 2010 lalu, sang
putra mahkota melihat ada yang salah di internal perusahaan. Sudah 40
tahun berdiri, pangsa pasar masih kecil. Padahal, pasarnya besar. Nilai
penjualan hanya Rp 25 miliar, lebih rendah dari biaya yang dikeluarkan
Rp 28 miliar pertahun. Setelah dievaluasi, ternyata Utomodeck tidak
memiliki unique selling. “Produk kami juga tertinggal dari produk
genteng lain. Pasar sudah banyak berubah, namun kami tidak bisa
beradaptasi,” katanya.
Pria yang kini menjabat Direktur
Operasional dan Pemasaran ini memutuskan melakukan inovasi. Yakni
kustomisasi atap dan atap sambungan dengan menggarap segmen proyek atau
business to business (B2B). Apalagi, tipikal bangunan sekarang adalah
luas, lebar, bentuk doom dan tidak ada sambungan. Perusahaan pun beralih
dari trader ke solution provider. “Meski pasar saat itu belum terlalu
besar, gross margin mencapai 25-30%, dua kali lipat dari pesaing. Untuk
kustomisasi atap, kami yang menjadi leader,” katanya.
Hasilnya, cukup sukses mengingat belum
ada pemain sejenis di pasaran. Pasarnya dominan adalah industri yakni
80% dan sisanya adalah perumahan. Setelah itu, rata-rata omset perseroan
tumbuh dua kali lipat, yang sebagian besar disumbang kustomisasi atap
dan atap tanpa sambungan. Adapun market shari sekitar 3.000 ton perbulan
atau sekitar 10% dari total pasar.
Kami leading di pasar atap tanpa
sambungan sekian puluh meter. Pelanggan yang besar-besar seperti
Freeport, Petrokimia Gresik, dan Juanda International Airport T-2.
Dengan berbekal 80 mesin, tiap bulan perseroan menggarap sekitar 20
proyek.
Lulusan Bachelor of Arts, Business
Administration, Central Washington University, Amerika Serikat ini terus
meningkatkan level layanan sebagai bentuk value creation. Ia juga jeli
menyiasati inovasi sesuai harga yang ditetapkan pelanggan untuk proyek
pemerintah maupun swasta. Pembuatan atap pun bisa dilaksanakan di lokasi
proyek.
“Jika penggunaan atap yang potongan,
kami yang harus menanggung jika terjadi overlap. Dengan inovasi ini,
pasar transportasi sebesar 10-12 persen bisa kami tekan. Secara harga,
sepanjang specs bisa diikuti maka dapat harga pun mengikuti,” ujar
mantan General Manager PT Balai Lelang Tunjungan sejak 2008 ini.
Pada pertengahan tahun 2015, Utomodeck
membuka ritel untuk lebih mendekati konsumen. Perusahaan akan mengirim
barang ke franchise kemudian franchise mengirim ke toko-toko ritel
tersebut. Wilayah yang dibidik adalah Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara
Barat dan Timur. (Reportase: Tiffany Diahnisa http://swa.co.id/swa/business-strategy/anthony-utomo-penggagas-atap-tanpa-sambungan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar